Monday, October 20, 2008
Jalan-jalan Pasir Putih di Pulau Sepa
Apa mungkin kita masih bisa menikmati udara bersih, air laut yang jernih, dan pasir putih di Kepulauan Seribu? Pertanyaan ini muncul di benak ketika berangkat ke Pulau Sepa dengan kapal cepat dari Dermaga 19 di Marina Ancol, pekan lalu.
Setelah menempuh perjalanan selama 1,5 jam ke Pulau Sepa, yang jaraknya sekitar 54 mil dari Marina Ancol, Jakarta Utara, keraguan itu pun sirna. Pantai pasir putih terhampar di pulau itu. Bukan hanya itu, air laut yang jernih dan udara yang bersih masih dapat ditemukan di pulau seluas 6,2 hektar itu.
Jadi, siapa bilang Jakarta tak punya tempat berlibur yang eksotis? Pulau Sepa layak disebut sebagai ”Little Bali”.
Sejumlah wisatawan mancanegara berjemur di pantai berpasir putih itu. Beberapa di antaranya membaca buku di bawah pohon kelapa. Sebagian lagi terlihat menggunakan peralatan snorkeling, berputar-putar di laut di sekeliling pulau.
”White sand, white beach. Very beautiful,” komentar Anthony O’Hern (26), wisatawan Australia yang menikmati snorkeling di seputar pulau itu dan mengayuh kano hingga ke pulau-pulau sekitar.
Ricko Wijaya, pengusaha Jakarta yang sudah empat kali menghabiskan akhir pekan di Pulau Sepa bersama keluarganya, mengaku jatuh cinta dengan keindahan alam di pulau ini. Sebelum tahu info soal Pulau Sepa, Ricko mencari lokasi yang cukup jauh dari Jakarta, yakni di Pangdeglang dan Lebak di Banten, atau Karimunjawa (Jawa Tengah) dan Lombok.
”Kini, kami sekeluarga memilih Pulau Sepa. Kami dapat memancing ikan dan cumi di pantai. Kami juga dapat menikmati terang bulan di pulau ini,” kata dia, pengusaha garmen yang datang bersama istri dan anaknya.
Ricko bahkan mengajak 150 karyawan pabrik garmennya berwisata bahari di Pulau Sepa, akhir tahun lalu. ”Banyak karyawan yang bertanya kapan bisa berlibur lagi di pulau ini,” cerita Ricko yang punya hobi memancing. Dia pernah mendapatkan ikan marlin di sini.
Wisatawan India, Vikram Sodhi, bersama lima rekannya, menikmati Pulau Sepa dalam one day trip. Vikram menikmati snorkeling dan banana boat. ”Saya sudah empat kali berkunjung ke Jakarta, tetapi baru kali ini ke Pulau Sepa. Wau, luar biasa. Saya tak pernah menyangka Jakarta masih memiliki laut jernih. Apalagi menyaksikan lumba-lumba di laut ini,” kata Vikram.
Karolina, wisatawan Ukraina, malah akan kembali lagi ke Pulau Sepa dalam waktu dekat. ”Menghabiskan akhir pekan di pulau ini lebih menyenangkan. Pulau ini relatif lebih sepi sehingga kami dapat menikmati suasana privasi,” kata perempuan yang sudah sering berlibur ke Bali itu.
Pulau Sepa merupakan satu dari dua pulau resor yang masih bertahan. Pulau lainnya, Pulau Putri, juga masih menerima tamu yang datang, namun pengelola pulau itu dikabarkan memangkas jumlah pekerjanya. Pulau-pulau di resor lainnya, seperti Pulau Pantara, hanya mau menerima tamu dalam jumlah tertentu. Pulau Matahari dan Pulau Kotok terpaksa tutup.
Mutiara terpendam
Pulau Sepa memang mutiara yang terpendam. ”Sangat jarang ada pulau dengan pasir putih. Ini memang ’Little Bali’. Punya potensi luar biasa untuk menjadi destinasi wisata jika mendapat dukungan pemerintah,” kata Presiden Direktur PT Bali Marine Walk, I Made Suardana.
Made menanamkan investasi lebih dari satu miliar rupiah untuk permainan baru, marine walk, yakni alat pelindung kepala semacam helm untuk jalan-jalan di dasar laut. Lima marine walk itu memungkinkan bagi pengunjung berjalan kaki di bawah laut, menyaksikan keindahan karang dan memberi makan ikan.
Achmad, pengusaha asal Jambi, sebelumnya akan berlibur ke Bali. Namun, dia kemudian mencari alternatif berlibur di Kepulauan Seribu. ”Saya cari info di internet dan mendapatkan resor di Pulau Pantara, Putri, dan Sepa. Saya baru tahu, ternyata ada pulau indah di sini.”
Jakarta bukan sekadar kota yang penuh gemerlap kehidupan malam ataupun padat dengan acara MICE (meeting, incentive, convention, exhibition). Jakarta ternyata memiliki wisata pantai yang luar biasa.
Namun ironisnya, kata Ari Wijaya, konsultan perjalanan, tidak ada gebrakan dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mempromosikan wisata bahari.
”Visit Indonesia terasa tak ada gaungnya sama sekali di Jakarta,” katanya.
FOTO di blog ini foto suasana pantai berpasir putih di Pulau Sepa, Kepulauan Seribu. Foto oleh R Adhi Kusumaputra/KOMPAS
PULAU SEPA - Pulau Seribu
JAKARTA - Jenuh dengan kesibukan di pekerjaan dan aktivitas di hiruk-pikuk Ibu Kota Jakarta? Bosan dengan kemacetan, deru mesin mobil, asap polusi kendaraan? Ke mana Anda melepaskan kepenatan dan kejenuhan tersebut? Banyak pilihan untuk melepaskan kepenatan dan kejenuhan, tetapi tidak perlu jauh-jauh dari Jakarta. Salah satu resor di Kepulauan Seribu Utara yang masih masuk dalam DKI Jakarta, yakni Sepa Paradise atau Resor Pulau Sepa, bisa menjadi pilihan. Untuk mencapai pulau yang masuk dalam gugusan Kepulauan Seribu Utara ini, bisa dengan menggunakan kapal pribadi bagi yang memiliki atau dengan menggunakan kapal milik resor ini dari Pelabuhan atau Dermaga XIX Marina Ancol. Perjalanan dengan kapal cepat atau speed boat dari Marina Ancol Jakarta, sepanjang perjalanan kurang lebih 1,5 jam, merupakan suatu wisata tersendiri karena melintasi gugusan Kepulauan Seribu. Memasuki resor Pulau Sepa, rasanya seperti berada di antara pulau karena Pulau Sepa ini dikelilingi sejumlah Pulau seperti Pulau Putri dan Pulau Pelangi serta beberapa pulau tak berpenghuni lainnya. Ketika sampai di dermaga Pulau Sepa, rasa tenang langsung melanda SH. Rasanya seperti berada jauh dari Jakarta, padahal masih berada dalam Provinsi DKI Jakarta. Dermaga Pulau Sepa, bukanlah seperti dermaga di pelabuhan-pelabuhan lainnya yang air lautnya berwarna hitam pekat. Air laut di dermaga Pulau Sepa masih berwarna kehijauan dan biru terang. Masih bening, sehingga dasar laut yang tidak terlalu dalam, bisa terlihat. Turun dari Kapal Sepa Paradise yang mengantar SH dan rombongan dari Pemerintah Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, setelah meniti Dermaga yang terbuat dari Kayu, langsung disambut oleh Pintu Gerbang yang mengantarkan ke Front Office Pulau Sepa untuk mengambil Kunci Kamar Bungalow tipe Penyu. Front Office merupakan bangunan tersendiri. Di samping Front Office atau Lobby Pulau Sepa, terdapat mini shop yang menjual berbagai perlengkapan apabila lupa membawanya dari rumah, seperti film untuk kamera, batu baterai hingga pernak-pernik Pulau Sepa. Sang Tuan Rumah, Manajer Operasional Resor Pulau Sepa, Bestari Barus langsung menyapa dengan ramah. ”Ini masih Jakarta lho,” candanya. Untuk mencapai bungalow atau Cottage, melewati Restoran Pulau Sepa yang berukuran lumayan besar dan berada di bibir pantai. Selain restoran yang berukuran besar, juga terdapat beberapa bangunan terpisah berukuran 25 meter persegi yang dilengkapi dengan meja makan. Bangunan terpisah ini, letaknya berada persis di pinggir pantai sehingga ketika makan bisa menikmati hembusan angin pantai dan melihat ombak memecah di pantai. Kamar atau cottage tipe penyu di Pulau Sepa dilengkapi dengan Queen Size Bed dan Single Bed sehingga bisa ditempati tiga orang. Juga disediakan extra bed apabila yang menginap lebih dari tiga orang. Setiap cottage dilengkapi dengan beranda atau teras yang dilengkapi kursi dan meja dari rotan. Kamar juga dilengkapi dengan televisi, meja tulis, lampu tidur, dan sambungan listrik. Kamar Mandi memang tidak dilengkapi dengan Bath Tube tetapi tersedia shower yang bisa memancarkan air panas dan air dingin, tergantung selera kita. Water Closet dan Wastafel juga tersedia di kamar mandi. Model tata Bungalow untuk Tipe Penyu juga unik. Untuk yang bernomor ganjil agak menjorok ke depan dan untuk yang bernomor genap agak menjorok ke belakang. Setiap Cottage atau Bungalow di Pulau Sepa berada di bawah rindangnya pohon, sehingga terlindung dari terik matahari. Menurut Bestari, ada dua kamar Penyu VIP dan 10 kamar tipe penyu biasa. Yang membedakan tipe penyu dari tipe yang lain adalah kalau tipe penyu setiap kamar letaknya tidak terpisah. Sedangkan tipe lainnya berdampingan. Karena terpisah, aktivitas tetangga kamar tidak terdengar. Selain tipe penyu, juga terdapat cottage tipe kakap, hiu, flipper dan gurita. Beda kamar atau cottage, beda juga fasilitasnya. Tetapi rata-rata perbedaan fasilitasnya hanya pada televisi dan lemari pendingin. Setiap cottage atau bungalow di Pulau Sepa ini tidak terbuat dari beton. Dindingnya terbuat dari anyaman bambu. Atapnya juga terbuat sirap dan bukan dari genting. Lantai Cottage juga terbuat dari kayu kecuali untuk kamar mandi. Keluar dari cottage atau kamar tempat menginap tipe penyu, langsung menapaki pasir putih pantai Pulau Sepa yang landai dan tidak diberikan sheet pile untuk mencegah ombak seperti resor lainnya. ”Pantai di sini landai dan aman untuk anak-anak sekalipun,” kata Bestari. Di pinggir pantai, terlihat beberapa shower atau pancuran untuk tempat membilas badan seusai berenang di pantai agar badan tidak terasa lengket sebelum memasuki bungalow kembali. Ikan Bakar Menurut Bestari, paket menginap yang ditawarkan di Pulau Sepa, sudah lengkap dengan transportasi dan makan siang, malam dan sarapan pagi. Untuk menuju Pulau Sepa, pengelola resor menyediakan empat kapal Pulau Sepa yang terdiri dari tiga kapal berukuran besar dengan kekuatan empat mesin masing-masing berkekuatan 200 tenaga kuda dan satu kapal berukuran kecil dengan kekuatan dua mesin berkekuatan sama dengan kapal besar. Kapal ini berangkat jam delapan pagi dari Marina Ancol dan Jam Dua Siang dari Dermaga Pulau Sepa. ”Jadi pengunjung juga bisa datang pagi dan pulang pada siangnya apabila tidak ingin menginap,” kata Bestari. Pengunjung juga diberikan fasilitas makan empat kali apabila ingin menginap selama semalam. Makanan yang disediakan oleh pengelola juga adalah makanan laut berupa ikan bakar atau sea food lainnya seperti udang dan cumi-cumi. Pengunjung juga diberikan hiburan dari kelompok musik yang bermain setiap malam. Pengunjung bisa memesan lagu atau menyanyi dengan diiringi oleh kelompok musik yang tampil. Soal lagu-lagu, bisa dari back to sixties hingga lagu-lagu anak muda sekarang. Pengunjung juga diberikan suguhan tarian khas Betawi dan Sunda. Restoran di sini, menurut Bestari, tidak menuntut pengunjung untuk berpakaian rapi ketika menikmati makanan atau sekedar minum kopi. Pengunjung seusai berenang dalam keadaan basah bisa masuk keluar restoran tanpa dihalang-halangi. Bahkan makan dengan memakai pakaian renang sekalipun, kata Bestari, tidak dilarang. Ditambahkan, menginap di Pulau Sepa tinggal membawa baju dan perlengkapan renang dan snorkling atau menyelam bagi yang memiliki. ”Pokoknya datang ke sini tinggal bawa baju saja,” kata Bestari. Apabila pengunjung ingin menginap lebih dari satu malam, menurut Bestari, tarifnya sudah berbeda karena dipotong dari biaya transportasi. Soal harga menginap di Resor Pulau Sepa tidak terlalu mahal. Apabila anggarannya agak minim, tinggal menginap di kamar yang harganya lebih murah saja seperti tipe gurita. Pengelola juga menyediakan paket tur satu hari atau tidak menginap dengan harga Rp 368.000. Harga tur sehari ini sudah termasuk transportasi dari Marina Ancol ke Pulau Sepa dan sebaliknya. Bestari mengungkapkan, pihaknya tetap melirik wisatawan kelas menengah dan bukan hanya kalangan atas saja. ”Kami ini segmentasinya menengah ke atas,” kata Bestari. Ketika malam menjemput, seusai menikmati matahari tenggelam di ufuk dari Dermaga Pulau Sepa, kesunyian langsung menyambut. Sangat berbeda dengan di Jakarta yang sampai tengah malam pun masih terdengar deru mesin kendaraan bermotor. Bersantai di kursi di pinggir pantai untuk merasakan kesunyian malam sembari merenung bisa menjadi pilihan. Sewaktu menjelang tidur, hembusan angin pantai dan deburan ombak masih terdengar membuai SH untuk terlelap dalam tidur. Bangun pagi pada keesokan harinya juga badan terasa segar dan pikiran terasa tenang karena jauh dari polusi udara dan bisingnya suara mesin.(SH/thomas bernadus)
Posted by Lambang at 6:04 AM
Pulau Sepa The Paradise For Diver
Every once in a while, you probably feet the need to break away from the ordinary, to do the unusual, to touch the nature.Pulau Sepa has it all, ..... "Nature" .....and has long been admired for white sandy beaches, crystal clear water surrounding and teeming with marine life.
Pulau Sepa has outstanding white sandy beaches for sunning, turquoise water surround for swimming and snorkeling.The crystal clear water, corals reef formation and teeming with interesting marine life make Pulau Sepa and surrounding popularly known as THE PARADISE FOR DIVER.Inexpensive boat dives from Pulau Sepa to the dive spot is avalable.
All Snorkeling and Dive equipment rental are avalable at SEPA DIVE SHOP. Pulau Sepa is one of the most beautiful island at Pulau Seribu Jakarta. Furnished with ample holiday comforts such as accomodation, restaurant and other sport facilities it is an lineal place for a change from routinism of your life.
For underwater world lovers, it's a ...........PARADISE.
PULAU SEPA CONTENT:
Type Flipper | Type Gurita | Type Kakap | Type Penyu 1-10 | Type Penyu AB | Boat Transportation | Diving Equipment Seasport
SAN DIEGO HILLS Memorial Park & Funeral Homes
SAN DIEGO HILLS adalah Tempat Pemakaman Permanen untuk orang-orang yang kita cintai juga merupakan memorial pertama di dunia khususnya di Indonesia yang menghadirkan Family Center, yaitu wahana hiburan dan aktivitas keluarga dengan fasilitas menarik, seperti :
Danau seluas 8 ha lengkap dengan fasilitas perahu dayung
Kapel untuk upacara sebelum pemakaman juga bisa digunakan untuk pernikahan
Gedung pertemuan dengan kapasitas 250 kursi
Restaurant Italia dengan interior yang indah
Fasilitas untuk berolahraga seperti kolam renang, jogging track, olahraga bersepeda.
Gift shop untuk keperluan pemakaman
Marketing office dengan suasana country club
SAN DIEGO HILLS menyediakan Taman Pemakaman lengkap dengan fasilitas :
Heavenly Garden (Earth) -> Taman Pemakaman untuk Muslim, yang dibangun sesuai dengan kaidah-kaidah agama Islam, nama tamannya diambil dari Bahasa Arab yaitu Raudhatul Jannah yang berarti Taman Surga.
Garden of Creation (Universal) -> Taman Pemakaman universal dengan konsep moderen dengan metode pemakaman yang menggunakan box beton (concrete vault) dan makamnya rata dengan tanah sehingga menghasilkan area dengan kontur seperti taman berbukit-bukit yang sangat indah.
Garden of Prosperity and Joy -> Taman Pemakaman untuk umat Buddha / Kong Hu Cu yang dibangun dengan memperhitungkan fengshui dan memperbolehkan bangunan fisik (Physical Homes) yang disebut Bongpay.
National Heroes Garden -> Taman Pemakaman yang disediakan untuk pahlawan yang berjasa di bidang politik, ekonomi, sosial dan budaya.
Berlokasi hanya 45 menit dari Jakarta, San Diego Hills akan membawa loe semua pada keharmonisan yang indah di setiap sudutnya coz setiap detailnya memiliki makna tersendiri. Pokoknya disana loe akan mengalami pengalaman yang unik, original, maupun spiritual.
So, dengan harga mulai dari 3 Juta-an / m2, loe udah bisa mendapatkan banyak keuntungan seperti :
Tempat pemakaman permanen berdesign luxurious dilengkapi dengan Family Center sehingga jauh dari kesan mencekam bagi anak-anak
Tidak dikenakan biaya perawatan
Pengalihan kepemilikan
Keamanan 24 jam, tujuh hari seminggu
Pembayaran bisa dicicil sampai 50 kali
Gratis Asuransi (dengan maksimum usia 60 tahun)
Sebagai info tambahan, bwt kalian-kalian yang tertarik dan pengen tau lebih jauh, bisa mengunjungi Site Office-nya di Jl. Chapel Avenue no.7 Margakaya Teluk Jambe Karawang Jawa Barat.
Kelezatan Italia di San Diego Hills
angan menyangka bahwa San Diego Hills yang disebutkan dalam judul di atas letaknya berada di Negeri Paman Sam. Kawasan yang dimaksud letaknya ada di Indonesia, lebih tepatnya di Karawang. Di sana, ada sebuah restoran yang menawarkan berbagai kelezatan kuliner Italia seperti pizza dan berbagai olahan pasta, seperti spaghetti dan lasagna. Walau restoran yang diberi nama La Collina tersebut bernuansa elegan dan modern, harga-harga hidangan lezat yang ditawarkan ternyata tidaklah mahal.
Dalam sebuah kunjungan ke San Diego Hills Memorial Park and Funeral Homes yang terletak di atas lahan seluas 500 hektare tersebut baru-baru ini, SP bersama rombongan berkesempatan menyambangi La Collina. Dari luar, terlihat jendela-jendela kaca yang lebar dan pintu kaca tembus pandang bergayakan arsitektural Eropa menghiasi bangunan restoran dengan apiknya.
Bagian dalam restoran yang terletak di tepi danau buatan ini pun ternyata tak kalah menarik. Ketika memasuki La Collina, terlihat meja dan kursi yang tertata dengan rapi dan elegan. Letak antar meja yang tidak berdekatan pun memberikan privasi tersendiri bagi masing-masing pengunjung.
Kami lalu ditemui oleh Direktur San Diego Hills, Suziany Japardy. Setelah memesankan berbagai hidangan untuk kami cicipi, Suziany pun menjelaskan seluk beluk La Collina kepada rombongan kami.
Menurutnya, restoran yang memiliki kapasitas maksimal 200 orang ini memang lebih ditujukan sebagai fasilitas bagi para peziarah San Diego Hills. Namun, masyarakat umum yang tidak melakukan ziarah pun dapat merasakan kelezatan berbagai hidangan yang disediakan di tempat ini. Ia mencontohkan bahwa banyak eksekutif dari berbagai perusahaan yang berada di Karawang menjamu rekan-rekannya di La Collina.
Suzianty juga menjelaskan bahwa dipilihnya hidangan Italia sebagai sajian restoran ini adalah karena belum adanya restoran yang serupa di Karawang. Ia juga menambahkan bahwa hidangan Italia pada umumnya sudah cukup diterima oleh masyarakat Indonesia.
"Kalau kami menyediakan masakan Sunda, tentu harus bersaing dengan berbagai restoran serupa yang ada di Karawang. Lagipula, hidangan khas Italia seperti spaghetti dan pizza telah diterima oleh lidah orang Indonesia," papar Suzianty.
Manajer Leisure Center San Diego Hills, Budiyanto TM menyebut bahwa menu favorit restoran itu adalah Quartro Stagioni. Kami kemudian mencicip hidangan pembuka, Fritto Misto. Hidangan ini berupa udang, cumi-cumi, dan ikan gindara yang dimasak secara deep fried dan dinikmati dengan saus tartar.
Tentang Quartro Stagioni, sajian ini berupa pizza tipis khas Italia dengan topping jamur champignon, daging ayam asap, keju mozzarella, potongan buah zaitun dan daun artichoke.
"Kami merekomendasikan Quartro Stagioni kepada para pelanggan. Rasanya yang khas Italia menjadi alasan mengapa kami mengedepankan hidangan tersebut. Biasanya, setelah merasakan kelezatan Quartro Stagioni, para pelanggan akan memesan kembali hidangan tersebut ketika berkunjung ke La Collina kembali," jelas Budiyanto.
Yang membuat rasa pizza itu istimewa adalah daging ayam asap yang diproses secara khusus. Ketika digigit, daging tersebut membaur sempurna dengan rasa dominan keju mozzarella. Daun artichoke yang diimpor langsung dari Italia juga memberi rasa khas Italia kepada pizza ini.
Hidangan berikut yang kami coba kelezatannya adalah Calzone Bolognese. Isi Calzone yang berupa jamur champignon, bawang putih dan meat sauce dibungkus oleh lapisan roti. Walaupun ketika disentuh terasa dingin, isi Calzone tetap hangat karena panas terperangkap lapisan roti.
Selain berbagai hidangan yang telah kami coba, La Collina juga memiliki hidangan istimewa lainnya. Sebut saja gindara alla griglia con ragout di cannellini e salsa verde yang berupa ikan gindara panggang yang disajikan dengan ragout plus kacang putih. Ada juga controfiletto di manzo alla pizzeole yang berupa daging bistik panggang impor Australia saus Napolitan yang disajikan bersama potongan baby potato, green bean, brokoli, dan zucchini.
Bagi yang tidak suka makanan yang diolah ala Italia, restoran yang berada di bawah manajemen Aryaduta ini juga menyediakan berbagai makanan Indonesia, seperti sup buntut, mi goreng, dan tumis campur.
Untuk hidangan pencuci mulut, restoran ini menyediakan berbagai macam buah-buahan, kue, dan es krim ala Italia, gelato yang ditawarkan dalam berbagai rasa. Aneka kue yang ditawarkan adalah tiramisu, pizza dolce (pizza dengan topping selai kacang, pisang, cokelat dan keju), dan tirle al formaggio (kue keju dengan saus stroberi). [SRA/N-5]
Lippo to spend $1.2 billion on massive property project
Published on The Jakarta Post (http://www.thejakartapost.com)
The country's largest integrated property developer, Lippo Group, plans to build a residential project worth US$1.2 billion in the Puri Indah Central Business District, Jakarta.
Late last year, Lippo launched Kemang Village, an integrated city project in South Jakarta worth $880 million.
The housing project, St. Moritz Penthouses and Residences, will be built on 120,000 square meters of land with eight boundaries stretching approximately 2.5 kilometers.
The firm said the project would also include the erection of "Jakarta's tallest office building with 65 stories, which will be reserved for Top 500 Fortune Companies".
"The project development will be divided into three phases, with the first stage to include the development of the first three apartment towers and shopping malls," Lippo corporate communications manager Danang Kemayan Jati said Thursday.
He said the first phase would commence in the third quarter of 2008 for completion by 2010. The other residential towers and the main facilities are scheduled for completion by the second quarter of 2011.
"We will build 2,600 residential units and expect to have at least 13,000 people living in this new township," Lippo director Michael Riady told reporters at the press conference.
The township will be equipped with upmarket infrastructure such as tap water facilities and a wastewater recycling system.
Other facilities will include shopping malls, an international standard hospital, an international school, a country club, a five-star hotel managed by The Aryaduta, a spa, cinema and fitness center, a wedding chapel, a heliport and a 6,000 square meter convention center.
According to the director, Lippo is financing 100 percent of this mega-construction with internal funding and presales income.
Michael said the project had a good prospects because about 45 percent of medium- to high-income young professional Indonesians prefer to live in apartments for efficiency.
He said people from the upper classes preferred to live in the middle of the town, to get everything they needed in one location and to avoid traffic jams.
The location is a valuable benefit of the construction, because it is on the intersection of Jakarta Ring Road, which will allow residents to commute easily in four directions on the freeways, he said.
Michael also said future business centers would spread throughout all of Jakarta and would not be located only in the city center.
According to Danang, Lippo will start preselling the apartments and penthouses next week.
"We are optimistic about selling between 80 and 90 percent of the residential units in the first three towers this year," he told The Jakarta Post.
Prices for the units range from $90,000 for a two-bedroom suite to more than $300,000 for a five-bedroom one. The limited and exclusive St. Moritz Penthouses will carry a price tag of more than $1 million for the best views and up to eight bedrooms.
The first tower, the St. Moritz, will have only four units per floor equipped with private elevators. The second tower, the St. Tropez, which will be beside the five-star hotel, will have only six units per floor. The third tower, the Monaco, which is across from the school, will be suitable for families.(rff)
Copyright © 2008 The Jakarta Post - PT Bina Media Tenggara. All Rights Reserved.
Source URL: http://www.thejakartapost.com/news/2008/04/03/lippo-spend-12-billion-massive-property-project.html
The country's largest integrated property developer, Lippo Group, plans to build a residential project worth US$1.2 billion in the Puri Indah Central Business District, Jakarta.
Late last year, Lippo launched Kemang Village, an integrated city project in South Jakarta worth $880 million.
The housing project, St. Moritz Penthouses and Residences, will be built on 120,000 square meters of land with eight boundaries stretching approximately 2.5 kilometers.
The firm said the project would also include the erection of "Jakarta's tallest office building with 65 stories, which will be reserved for Top 500 Fortune Companies".
"The project development will be divided into three phases, with the first stage to include the development of the first three apartment towers and shopping malls," Lippo corporate communications manager Danang Kemayan Jati said Thursday.
He said the first phase would commence in the third quarter of 2008 for completion by 2010. The other residential towers and the main facilities are scheduled for completion by the second quarter of 2011.
"We will build 2,600 residential units and expect to have at least 13,000 people living in this new township," Lippo director Michael Riady told reporters at the press conference.
The township will be equipped with upmarket infrastructure such as tap water facilities and a wastewater recycling system.
Other facilities will include shopping malls, an international standard hospital, an international school, a country club, a five-star hotel managed by The Aryaduta, a spa, cinema and fitness center, a wedding chapel, a heliport and a 6,000 square meter convention center.
According to the director, Lippo is financing 100 percent of this mega-construction with internal funding and presales income.
Michael said the project had a good prospects because about 45 percent of medium- to high-income young professional Indonesians prefer to live in apartments for efficiency.
He said people from the upper classes preferred to live in the middle of the town, to get everything they needed in one location and to avoid traffic jams.
The location is a valuable benefit of the construction, because it is on the intersection of Jakarta Ring Road, which will allow residents to commute easily in four directions on the freeways, he said.
Michael also said future business centers would spread throughout all of Jakarta and would not be located only in the city center.
According to Danang, Lippo will start preselling the apartments and penthouses next week.
"We are optimistic about selling between 80 and 90 percent of the residential units in the first three towers this year," he told The Jakarta Post.
Prices for the units range from $90,000 for a two-bedroom suite to more than $300,000 for a five-bedroom one. The limited and exclusive St. Moritz Penthouses will carry a price tag of more than $1 million for the best views and up to eight bedrooms.
The first tower, the St. Moritz, will have only four units per floor equipped with private elevators. The second tower, the St. Tropez, which will be beside the five-star hotel, will have only six units per floor. The third tower, the Monaco, which is across from the school, will be suitable for families.(rff)
Copyright © 2008 The Jakarta Post - PT Bina Media Tenggara. All Rights Reserved.
Source URL: http://www.thejakartapost.com/news/2008/04/03/lippo-spend-12-billion-massive-property-project.html
Karyawan Garuda Dapat Jatah Kuburan Mewah
Pemakaman Modern San Diego Hills Memorial Park (SDH), perusahaan yang bernaung di bawah PT Lippo Karawaci Tbk, Selasa (24/6), menjalin kerja sama dengan Koperasi Karyawan Garuda Indonesia yang beranggotakan sekitar 8.500 orang dalam pernyediaan lahan pemakaman. Ini merupakan kerja sama ketiga dengan pihak lain. Sebelumnya San Diego Hills bekerja sama dengan koperasi karyawan PT Pertamina dan Yayasan Dana Pensiun Bank Indonesia.
Ketua Umum Koperasi Karyawan Garuda (Kokarga) Joni Gusmali AS mengatakan, penyediaan lahan makam ini berlaku untuk seluruh anggota Koperasi Karyawan Garuda, para keluarga dan keluarganya, juga seluruh anggota dari setiap yayasan dan organisasi lain yang bernaung di bawah Garuda Indonesia.
Presiden PT Lippoland Club Suziany Japardy mengatakan, kerja sama ini memberikan solusi terbaik atas masalah ketersediaan lahan pemakaman yang kini sangat terbatas, terutama di wilayah Jabodetabek. Head of Corporate Communications PT Lippo Karawaci Tbk Danang Kemayan Jati mengatakan, di Jakarta setiap hari ada 110 orang yang meninggal, mengutip data Dinas Pemakaman DKI Jakarta, sementara lahan pemakaman di Jakarta tak pernah berkembang. "Lagi pula lahan pemakaman di DKI Jakarta kumuh, suram, dan tak aman," kata Danang.
SDH seluas 500 hektar berlokasi di Karawang Barat Km 46. Sejak diperkenalkan kepada publik tahun 2007, minat masyarakat sangat besar. Tahap pertama 25 hektar sudah terjual habis. untuk keluarga Muslim Rp 8,5 juta (1,5 x 2,6 m) di Heavenly Garden atau Roudatul Jannah dan keluarga Kristen/Katolik Rp 5 juta ( 1 m x 2,6 m) di lokasi Garden of Creation.
Bulan lalu diluncurkan kembali lahan seluas 25 hektar khusus untuk pemakaman China (Garden of Prosperity and Joy). "Ini sudah terjual 65 persen. Harga per unit atau single garden Rp 30 juta, semi private 4 x 6 m (Rp 250 juta), dan private 6 x 6 m (Rp 380 juta)," kata Suziany.
Menurut Danang, fasilitas SDH adalah danau seluas 8 hektar dengan perahu dayung, kapel untuk upacara pemakaman, gedung pertemuan dengan kapasitas 250 kursi, restoran Italia dengan interior indah, fasilitas olahraga seperti kolam renang, jogging track, olahraga sepeda, giftshop untuk keperluan pemakaman, dan marketing office dengan suasana country club.
"Suasana makam bukan suasana seram agar bisa bertemu dengan semua anggota keluarga. Ada fasilitas penginapan di sini. Jadi ada fasilitas rekreasi. Sangat berbeda dengan suasana pemakaman umumnya selama ini. Keamanan pun 24 jam dijaga satpam. Dijamin tak ada penggusuran dan bebas biaya perawatan," kata Danang.
Ketua Umum Koperasi Karyawan Garuda (Kokarga) Joni Gusmali AS mengatakan, penyediaan lahan makam ini berlaku untuk seluruh anggota Koperasi Karyawan Garuda, para keluarga dan keluarganya, juga seluruh anggota dari setiap yayasan dan organisasi lain yang bernaung di bawah Garuda Indonesia.
Presiden PT Lippoland Club Suziany Japardy mengatakan, kerja sama ini memberikan solusi terbaik atas masalah ketersediaan lahan pemakaman yang kini sangat terbatas, terutama di wilayah Jabodetabek. Head of Corporate Communications PT Lippo Karawaci Tbk Danang Kemayan Jati mengatakan, di Jakarta setiap hari ada 110 orang yang meninggal, mengutip data Dinas Pemakaman DKI Jakarta, sementara lahan pemakaman di Jakarta tak pernah berkembang. "Lagi pula lahan pemakaman di DKI Jakarta kumuh, suram, dan tak aman," kata Danang.
SDH seluas 500 hektar berlokasi di Karawang Barat Km 46. Sejak diperkenalkan kepada publik tahun 2007, minat masyarakat sangat besar. Tahap pertama 25 hektar sudah terjual habis. untuk keluarga Muslim Rp 8,5 juta (1,5 x 2,6 m) di Heavenly Garden atau Roudatul Jannah dan keluarga Kristen/Katolik Rp 5 juta ( 1 m x 2,6 m) di lokasi Garden of Creation.
Bulan lalu diluncurkan kembali lahan seluas 25 hektar khusus untuk pemakaman China (Garden of Prosperity and Joy). "Ini sudah terjual 65 persen. Harga per unit atau single garden Rp 30 juta, semi private 4 x 6 m (Rp 250 juta), dan private 6 x 6 m (Rp 380 juta)," kata Suziany.
Menurut Danang, fasilitas SDH adalah danau seluas 8 hektar dengan perahu dayung, kapel untuk upacara pemakaman, gedung pertemuan dengan kapasitas 250 kursi, restoran Italia dengan interior indah, fasilitas olahraga seperti kolam renang, jogging track, olahraga sepeda, giftshop untuk keperluan pemakaman, dan marketing office dengan suasana country club.
"Suasana makam bukan suasana seram agar bisa bertemu dengan semua anggota keluarga. Ada fasilitas penginapan di sini. Jadi ada fasilitas rekreasi. Sangat berbeda dengan suasana pemakaman umumnya selama ini. Keamanan pun 24 jam dijaga satpam. Dijamin tak ada penggusuran dan bebas biaya perawatan," kata Danang.
Urusan akhirat pun jadi bisnis menggiurkan
Penyediaan lahan makam sekarang bukanlah persoalan enteng bagi Pemerintah Provinsi Jakarta. Sebab, 95 unit tempat pemakaman umum (TPU) yang dimiliki Jakarta saat ini yang luasnya mencapai 580 hektare tidak mampu lagi menampung jasad-jasad kaku tak bernyawa itu untuk berkubur.
Dalam catatan Kantor Pelayanan Pemakaman (KPP) DKI Jakarta, saban hari, ada sekitar 100 hingga 130 warga Jakarta yang meninggal.
Memang tidak semua manusia yang meninggal di wilayah Ibu Kota dimakamkan di Jakarta karena ada sebagian dimakamkan di daerah asal mereka karena keinginannya.
Akan tetapi, berdasarkan catatan KPP DKI Jakarta, tetap saja Ibu Kota kekurangan lahan makam sekitar 300 hektare untuk kebutuhan pemakaman warga yang meninggal tersebut.
Tak pelak perburuan lahan makam di luar Jakarta menjadi tidak terelakan lagi. Kondisi ini ternyata mampu dimanfaatkan oleh sejumlah pengembang sebagai ceruk bisnis yang dibalut selimut sosial.
Setidaknya ada tiga proyek pemakaman komersial yang dikembangkan sebagai estat pemakaman yang kesemuanya berada di kawasan Karawang, Jawa Barat. Ketiga makam itu memiliki lahan pengembangan cukup luas, seperti Taman Kenangan Lestari seluas 32 hektare, Taman Memorial Graha Sentosa 200 hektare, dan San Diego Hills seluas 500 hektare.
Pengelola 'rumah masa depan itu' menyediakan berbagai macam pilihan kaveling dengan antara lain makam tunggal, ganda, keluarga, hingga kavling VIP (very important person).
Ketiga pemakaman itu memang bisa dibilang kawasan elite karena didesain dengan biaya mahal, sehingga menciptakan lingkungan eksklusif dengan kualitas infrastruktur terbaik. Selain itu yang tak kalah penting, pengembang ingin menghapus kesan bahwa tempat pemakaman identik dengan hal-hal yang seram.
Pengembang pemakaman San Diego Hills bahkan menyediakan tiga fasilitas helipad di kawasan estat pemakamannya untuk kebutuhan pendaratan bagi peziarah yang menggunakan helikopter.
Ibarat piknik
Tidak heran, bagi orang yang datang ke pemakaman itu serasa pergi piknik saja karena suasananya yang memang menciptakan suasana rileks dan lanskapnya yang bernuansa rekreasi.
San Diego Hills paling menonjol terlihat sebagai kawasan rekreasi. Tepat di tengah-tengah kawasan pemakaman itu ada danau buatan seluas delapan hektare. Air danau itu berasal dari sudetan Sungai Citarum yang memang mengalir ke arah Kota Karawang.
Pengelola San Diego Hills akan memanfaatkan danau itu sebagai sarana rekreasi bagi para pengunjung pemakaman. Akan disiapkan pula perahu-perahu dayung berikut pemandunya. Semua itu tentu tidak didapat begitu saja, tapi sebanding dengan harga yang ditawarkan. Bayangkan harga pemakaman bisa ada yang sampai berharga Rp700 juta per kaveling.
Taman Memorial mematok harga sedikitnya Rp800 juta untuk kaveling royal family, bahkan Taman Kenangan berani mematok Rp1 miliar untuk kaveling sejenis.
Tarif harga makam itu lebih mahal dari harga satu unit apartemen di Jakarta yang masih bisa didapat seharga Rp300 juta.
Akan tetapi memang tidak semuanya semahal itu karena ada juga kaveling biasa dengan harga berkisar Rp3 jutaan untuk tipe makam single, sehingga orang bisa memilih sesuai dengan kemampuan kantong.
Mengembangkan Taman Kenangan Lestari, Taman Memorial Graha Sentosa, dan San Diego Hills memang tidak murah. Akan tetapi pengelolanya perlu mengeluarkan investasi besar untuk membangunnya menjadi bagus.
Jadi jangan heran, pengembang bisa menghabiskan dana ratusan miliar rupiah, bahkan sampai angka triliunan rupiah untuk membangun taman pemakaman tadi.
Dengan tampilan pemakaman seperti itu, tak pelak banyak masyarakat tertarik untuk dikuburkan di sana apabila saatnya telah tiba.
Menurut Andi Kurniawan Alie, General Manager Operation San Diego Hills, tercatat orang-orang besar, seperti Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo, desainer Iwan Tirta, raja sinetron Raam Punjabi, artis Rima Melati, mantan Gubernur DKI Soerjadi Soedirdja, hingga mantan Menteri Pemberdayaan BUMN Tanri Abeng telah memesan dan membeli lahan pemakaman di sana.
Tak pelak sistem pesan lahan makam jauh- jauh hari sebelum ajal menjemput menjadi sebuah tren baru yang menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat perkotaan. (irsad.sati@bisnis.co.id)
bisnis.com
URL : http://web.bisnis.com/artikel/2id1368.html
Dalam catatan Kantor Pelayanan Pemakaman (KPP) DKI Jakarta, saban hari, ada sekitar 100 hingga 130 warga Jakarta yang meninggal.
Memang tidak semua manusia yang meninggal di wilayah Ibu Kota dimakamkan di Jakarta karena ada sebagian dimakamkan di daerah asal mereka karena keinginannya.
Akan tetapi, berdasarkan catatan KPP DKI Jakarta, tetap saja Ibu Kota kekurangan lahan makam sekitar 300 hektare untuk kebutuhan pemakaman warga yang meninggal tersebut.
Tak pelak perburuan lahan makam di luar Jakarta menjadi tidak terelakan lagi. Kondisi ini ternyata mampu dimanfaatkan oleh sejumlah pengembang sebagai ceruk bisnis yang dibalut selimut sosial.
Setidaknya ada tiga proyek pemakaman komersial yang dikembangkan sebagai estat pemakaman yang kesemuanya berada di kawasan Karawang, Jawa Barat. Ketiga makam itu memiliki lahan pengembangan cukup luas, seperti Taman Kenangan Lestari seluas 32 hektare, Taman Memorial Graha Sentosa 200 hektare, dan San Diego Hills seluas 500 hektare.
Pengelola 'rumah masa depan itu' menyediakan berbagai macam pilihan kaveling dengan antara lain makam tunggal, ganda, keluarga, hingga kavling VIP (very important person).
Ketiga pemakaman itu memang bisa dibilang kawasan elite karena didesain dengan biaya mahal, sehingga menciptakan lingkungan eksklusif dengan kualitas infrastruktur terbaik. Selain itu yang tak kalah penting, pengembang ingin menghapus kesan bahwa tempat pemakaman identik dengan hal-hal yang seram.
Pengembang pemakaman San Diego Hills bahkan menyediakan tiga fasilitas helipad di kawasan estat pemakamannya untuk kebutuhan pendaratan bagi peziarah yang menggunakan helikopter.
Ibarat piknik
Tidak heran, bagi orang yang datang ke pemakaman itu serasa pergi piknik saja karena suasananya yang memang menciptakan suasana rileks dan lanskapnya yang bernuansa rekreasi.
San Diego Hills paling menonjol terlihat sebagai kawasan rekreasi. Tepat di tengah-tengah kawasan pemakaman itu ada danau buatan seluas delapan hektare. Air danau itu berasal dari sudetan Sungai Citarum yang memang mengalir ke arah Kota Karawang.
Pengelola San Diego Hills akan memanfaatkan danau itu sebagai sarana rekreasi bagi para pengunjung pemakaman. Akan disiapkan pula perahu-perahu dayung berikut pemandunya. Semua itu tentu tidak didapat begitu saja, tapi sebanding dengan harga yang ditawarkan. Bayangkan harga pemakaman bisa ada yang sampai berharga Rp700 juta per kaveling.
Taman Memorial mematok harga sedikitnya Rp800 juta untuk kaveling royal family, bahkan Taman Kenangan berani mematok Rp1 miliar untuk kaveling sejenis.
Tarif harga makam itu lebih mahal dari harga satu unit apartemen di Jakarta yang masih bisa didapat seharga Rp300 juta.
Akan tetapi memang tidak semuanya semahal itu karena ada juga kaveling biasa dengan harga berkisar Rp3 jutaan untuk tipe makam single, sehingga orang bisa memilih sesuai dengan kemampuan kantong.
Mengembangkan Taman Kenangan Lestari, Taman Memorial Graha Sentosa, dan San Diego Hills memang tidak murah. Akan tetapi pengelolanya perlu mengeluarkan investasi besar untuk membangunnya menjadi bagus.
Jadi jangan heran, pengembang bisa menghabiskan dana ratusan miliar rupiah, bahkan sampai angka triliunan rupiah untuk membangun taman pemakaman tadi.
Dengan tampilan pemakaman seperti itu, tak pelak banyak masyarakat tertarik untuk dikuburkan di sana apabila saatnya telah tiba.
Menurut Andi Kurniawan Alie, General Manager Operation San Diego Hills, tercatat orang-orang besar, seperti Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo, desainer Iwan Tirta, raja sinetron Raam Punjabi, artis Rima Melati, mantan Gubernur DKI Soerjadi Soedirdja, hingga mantan Menteri Pemberdayaan BUMN Tanri Abeng telah memesan dan membeli lahan pemakaman di sana.
Tak pelak sistem pesan lahan makam jauh- jauh hari sebelum ajal menjemput menjadi sebuah tren baru yang menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat perkotaan. (irsad.sati@bisnis.co.id)
bisnis.com
URL : http://web.bisnis.com/artikel/2id1368.html
Subscribe to:
Posts (Atom)