Thursday, October 9, 2008

Sinyal Kelabu bagi Industri Barang Mewah

JAKARTA, KAMIS - Kelas menengah dan atas paling menderita akibat krisis keuangan yang terlihat dari kejatuhan harga saham di berbagai bursa saham dunia. Harga saham mulai dari AS, Eropa, Asia, hingga Timur Tengah berjatuhan sejak Senin. Sempat membaik diawali transaksi Selasa, harga saham kembali jatuh bebas, Rabu (8/10).

Kebangkrutan masyarakat kelas menengah dan atas jelas sebuah sinyal kelabu, bahkan gelap, bagi industri barang mewah, termasuk industri mobil dunia. Bisnis berlian, minuman berkelas, pakaian mewah, mobil balap, bahkan mobil kelas atas bakal mengalami penurunan penjualan.

Penjualan sampanye turun 2,6 persen dalam delapan bulan pertama tahun 2008 menjadi 165 juta botol. Ekspor ke AS dilaporkan turun 22 persen menjadi 6,5 juta botol pada semester pertama. Krisis keuangan bakal membuat angka penjualan ini turun lagi. Namun, pepatah bilang, ”situasi sulit justru membuat orang butuh sampanye”.

Penghasil mobil sport mewah, Ferrari, tadinya mengharapkan penjualan produk mereka akan naik tajam tahun 2008. ”Penjualan di AS dan Eropa konstan, tetapi meledak di negara seperti Rusia, China, dan Uni Emirat Arab,” ujar Amedeo Felisa, CEO Ferrari.

Sudah 6.000 orang memesan Ferrari tipe terbaru, sebuah mobil kabriolet dengan harga jual sekitar 179.000 euro atau sekitar Rp 2,4 miliar per unit. Pesanan atas mobil keluaran Lamborghini sejauh ini belum ada yang dibatalkan.

Sejauh ini mungkin masih belum terlihat dampak dari krisis bagi keuangan. Akan tetapi, harga saham yang jatuh bebas dan berlangsung panjang diperkirakan segera memengaruhi penjualan produk mewah, semisal mobil-mobil yang banyak diminati kelas menengah.

Pemutusan hubungan kerja

Pabrik mobil Volvo di Stockholm, Swedia, hari Rabu langsung mengeluarkan sinyal akan mengurangi lebih dari 3.000 karyawannya di Swedia dan seluruh dunia. Angka ini tambahan dari pengurangan 2.000 pekerja yang diumumkan awal tahun ini.

Volvo yang kini dikuasai Ford, raksasa mobil AS, terpaksa melakukan hal ini mengingat kondisi industri mobil yang kurang meyakinkan pada tahun ini. Krisis keuangan yang ada semakin membuat kondisi memburuk dan Volvo segera mengantisipasi dengan pemutusan hubungan kerja (PHK).

”Kondisi yang sulit bagi industri mobil secara umum, termasuk Volvo. Langkah ini diperlukan untuk menciptakan perusahaan mobil Volvo yang bisa bertahan dan baru. Perusahaan akan lebih fokus pada operasi dan struktur,” ujar Stephen Odell, CEO Volvo.

Situasi ekonomi yang tidak stabil dan tak menentu membuat kondisi sulit diprediksi. ”Penurunan industri mobil global bakal lebih drastis dari perkiraan,” ujar Odell.

Volvo yang kini punya 24.400 pekerja di seluruh dunia, termasuk 17.600 orang di Swedia, segera mengantisipasi keadaan ketimbang terlambat dan tenggelam. Situasi ekonomi global yang diwarnai krisis keuangan bakal lebih cepat menenggelamkan Volvo jika tidak segera diantisipasi.

UniCredit dari Italia juga akan mengurangi 700 karyawannya di sektor bank investasi. ”Sebuah pilihan cepat menghadapi krisis keuangan,” ujar Alessandro Profumo, pimpinan UniCredit, di Milan, Rabu. Sebelumnya, UniCredit sudah menghentikan 300 pekerjanya.

Krisis keuangan membuat UniCredit kehilangan aset cukup besar. Pemiliknya harus menambah modal hingga 7 miliar euro berkenaan dengan bangkrutnya HypoVereinsbank di Muenchen, Jerman. Bank pemberi kredit perumahan nomor dua di Jerman ini dibeli UniCredit tahun 2005.

Dampak krisis keuangan juga memukul saham Toyota Motor Corp, penghasil mobil nomor satu Jepang dan nomor dua dunia setelah General Motor, AS. Saham Toyota di bursa Tokyo hari Rabu anjlok setelah perusahaan itu melaporkan kerugian keuntungan operasional sebesar 40 persen pada tahun fiskal yang berakhir Maret.

Direktur Pelaksana Toyota Yoichiro Ichimaru mengakui, jumlah penjualan mobil mereka bakal berat karena penjualan mobil di AS jatuh. Begitu juga penjualan mobil di Eropa. Ke depan, angka penjualan ini bakal semakin tenggelam mengingat krisis keuangan belum juga memperlihatkan segera teratasi.

Toyota kemungkinan akan mengurangi target penjualan mobil dari 9,5 juta unit pada tahun ini. Target penjualan harus realistis, sejalan dengan kondisi perekonomian dunia yang lagi ”sakit”.

Krisis keuangan dunia memang membuat masyarakat kelas menengah dan atas rugi besar akibat harga saham dan surat berharga yang anjlok. Tetapi, dalam jangka panjang, masyarakat kelas bawah juga bakal terkena, terutama berkaitan dengan aksi PHK.

Para pemilik modal mengamankan aset mereka dengan mengorbankan karyawannya. Pilihan yang sulit agar ”kapal” tak karam.


Dapatkan artikel ini di URL:
http://www.kompas.com/read/xml/2008/10/09/06133767/sinyal.kelabu.bagi.industri.barang.mewah

No comments: