Saturday, September 20, 2008

Bagaimana Nasib Goldman Sachs dan Morgan Stanley?

Lehman Brothers Bangkrut
New York - Bear Stearns kolaps Maret lalu. Sementara JP Morgan dan Merrill Lynch telah melakukan hapus buku atas kredit macetnya hingga US$ 40 miliar. Bahkan Merrill Lynch pada akhirnya harus menyerahkan diri ke Bank of America.

Nasib lebih buruk dialami oleh Lehman Brothers. Bank investasi terbesar keempat AS yang sudah berusia 158 tahun itu akhirnya menyerah dan mendaftarkan diri untuk kebangkrutannya Senin kemarin.

Padahal Lehman sebelumnya telah menghilangkan aset-aset 'beracun' miliknya. Namun nyatanya, Lehman masih memiliki aset properti yang sulit dijual sebanyak US$ 80 miliar.

Investor dan para analis kini mulai khawatir tentang nasib lembaga-lembaga keuangan investasi besar lainnya seperti Goldman Sachs Group Inc dan Morgan Stanley. Kondisi keduanya kini sangat rentan karena investor sudah kehilangan kepercayaan atas kondisi institusi keuangan besar.

"Jika Anda bisa menerima bahwa model broker-dealer sudah gagal --- paling tidak untuk sekarang --- maka sepertinya masuk akal jika Anda bertanya bagaimana Goldman Sach dan Morgan Stanley dapat bertahan. Saya kira masalah itu cukup masuk akal untuk terus dipertanyakan," ujar Les Satlow, fund manager dari Cabot Money Management yang mengelola dana sekitar US$ 500 juta, seperti dikutip dari Reuters, Selasa (16/9/2008).

Ketidakpastian itu pula yang membuat saham Goldman Sachs dan Morgan Stanley terus merosot. Pada perdagangan kemarin, saham Goldman anjlok 12%, sementara Morgan turun 14%, sesaat setelah Lehman mengumumkan kebangkrutannya.

Kebanyakan analis dan investor menekankan bahwa mereka tidak mengharapkan Goldman dan Morgan akan ikut runtuh. Analis UBS, Glenn Schorr mengatakan, Goldman dan Morgan memiliki posisi risiko yang tidak terlalu terkonsentrasi ketimbang Lehman dan Merrill.

Morgan dan Goldman juga memiliki cadangan tunai lebih banyak dan sumber pendanaan yang lebih bisa diandalkan. Goldman dan Morgan juga memiliki divisi aset manejemen dan bisnis penasihat wealth management.

Sementara Lehman masih menggantungkan mayoritas labanya dari mortgage securities, meski dalam beberapa tahun terakhir juga mengembangkan ke bisnis perbankan dan sahamnya.

"Goldman dan Morgan Stanley lebih terdiversifikasi, tingkat rasio utangnya lebih rendah dan mereka telah bernegosiasi dengan isu-isu risiko ini lebih cepat," ujar Tomothy Chriskey, pimpinan Solaris Asset Management.

Di tengah harapan kondisi Goldman dan Morgan yang lebih baik, lembaga keuangan yang masih bertahan juga diharapkan bisa semakin kuat dengan kompetisi yang semakin tipis ini. CEO Bank of America, Ken Lewis memperkirakan konsolidasi bank-bank dan broker akan semakin banyak.

"Selama tujuh tahun, saya katakan bahwa bank-bank komersial pada akhirnya akan memiliki bank investasi karena masalah pendanaan. Saya masih berpikir demikian. Dan era emas bank investasi kini sudah berakhir," tegas Lewis.(qom/ir)

No comments: