KISAH Agen
Diusir, Dimaki, Disambut Anjing, Sudah Biasa
Cerita tentang agen bukan melulu yang baik-baik saja. Pengalaman pahit pun segudang, tetapi itulah yang membuat mereka ditempa untuk bermental baja. Hanya mereka yang bermental super yang kuat menghadapi segala macam cobaan dan rintangan hingga bisa meraih sukses.
"Profesi ini awalnya tidak mudah. Ditolak, diusir dan dimaki orang, disambut gonggongan anjing, itu sudah biasa bagi saya," cerita H Mas’ud, "Agent of the Year" tahun 2006.
Namun, ia bermental baja. Ia belajar dari pengalaman dan terus menempanya di lapangan. Profesi agen pula yang mengajarkan untuk memperjuangkan hidup, lalu menaklukkannya!
"Jual asuransi tidak semudah menjual barang yang kasatmata! Integritas agen dan perusahaan yang ada di belakangnya sangat berperan," ujarnya.
Kini, Mas’ud bukan lagi Mas’ud yang diemohi orang. Dengan pengetahuan dan keterampilan yang terus diasah dari waktu ke waktu, dengan kemampuan berjejaring yang baik, ia kini—layaknya seorang pengusaha yang sukses—banyak rekanan dan berlimpah materi.
Ia setali tiga uang dengan Arie Anjari Yunus, "Agent of the Year" tahun sebelumnya yang saban pekan menghabiskan hari libur dengan bermain golf di dalam atau di luar negeri. Keduanya agen perusahaan nasional PT AJB Bumiputera 1912.
"Yang membanggakan sebagai agen asuransi, pertama bisa membantu orang. Profesi ini menurut saya sangat mulia. Bisa membuat orang giat menabung. Memberikan harta yang tak ternilai saat dibutuhkan, contohnya kalau terjadi klaim. Ini kan sesuatu yang dibutuhkan," ungkap Yovita, agen PT AXA Financial Indonesia
Menurut Yovita, di bisnis asuransi ada peluang besar dan bekerja di perusahaan asuransi merupakan pilihan. Karena relatif sedikit orang bekerja di industri ini, baginya ini sebagai peluang. Apalagi pasar di Indonesia masih luas, sangat sedikit orang yang berasuransi. Kalau sekarang di tawari pekerjaan lain, ia tetap memilih asuransi.
Di samping karier yang terbuka, dari sisi penghasilan juga cukup menjanjikan. Dia menyebutkan, kalau seorang bisa menutup Rp 2 miliar satu tahun, dia bisa dapat Rp 500 juta. Ini tak termasuk bonus berupa jalan-jalan ke luar negeri. Jalan-jalan tiap tahun sudah pasti. Hampir seluruh negara pernah dia datangi, ke Afrika, Eropa, Amerika, Australia, Asia, China, dan Hongkong.
"Saya menggeluti profesi ini secara serius dan fokus. Artinya, tidak ada pekerjaan sampingan karena, kalau kita fokus, kesempatan suksesnya lebih besar. Saya pun ingin konsisten dari sisi produktivitas. Jangan sampai bulan ini ada produktivitas, bulan berikutnya tidak ada," katanya.
Pelayanan apa saja yang Anda berikan kepada nasabah? Ya, terutama pengetahuan tentang produk, tren pasar keuangan. Pelayanan nasabah juga penting dipelihara dan diperhatikan. Misalnya pada hari ulang tahun, klien diberi ucapan selamat, dikirimi kado.
Untuk meningkatkan profesionalitas, ia selalu mengikuti berbagai pendidikan yang diadakan perusahaan. Pendidikan Yovita S-1 jurusan pemasaran di Jakarta dan sekarang masih menyelesaikan S-2 jurusan keuangan. "Keterusan cari uang, jadi S-2-nya lama," katanya.
Dukanya pasti ada. "Pernah suatu ketika saya dimarahi nasabah. Dia bilang, ’Pokoknya kamu jualan apa, yang penting jangan nawarin asuransi ke saya.’ Dia bilang, ’Kamu nyumpahi saya mati ya?’," paparnya.
Ia bangga melakoni profesi sebagai agen dan berkali-kali meraih predikat Million Dollar Round the Table (MDRT) dan Top of The Table.
Ini cerita Meijentina Simanjuntak, financial advisor di salah satu perusahaan asuransi patungan. Sebelum menjadi agen asuransi, dia pernah melamar menjadi polwan, tetapi tidak lulus.
"Saya selalu siap melayani nasabah. Tak heran jika mereka sering memberikan referensi kepada teman-teman dan saudaranya untuk berhubungan dengan kami. Apalagi kalau ibu-ibu yang suaminya mempunyai posisi bagus di kantornya, ia akan mereferensi untuk datang ke kantor suaminya," tuturnya.
Selain penghasilan yang lebih dari memadai, dia juga senantiasa mendapat bonus dari perusahaan. Tahun lalu dia jalan-jalan ke Italia. Tahun ini ke Taiwan. Ada kontes ke Jerman, September 2007, dan ini sudah di tangan.
Untuk menambah wawasan dan agar tidak ketinggalan informasi, dia selalu menjelajah internet, khususnya mengenai indeks harga saham. Pengetahuan luas penting supaya dapat memberi informasi yang benar kepada nasabah.
Membantu sesama
Saat niat utama jadi agen asuransi bukan mencari keuntungan, tetapi ingin membantu orang lain mencapai kesejahteraan, kesuksesan pun tinggal menunggu waktu. Pengalaman inilah yang dirasakan Lisa Carolina Halim (47), wanita kelahiran Malang.
Keaktifannya sejak tahun 1993 dalam kegiatan pelayanan sosial di gereja telah menempa Lisa menjadi manusia yang selalu ingin membantu dan menyebarkan berkah kepada sesama. Sifat ini pulalah yang membawa dan menuntun Lisa saat menggeluti pekerjaan sebagai agen asuransi.
Lisa sangat percaya bahwa sistem asuransi pada dasarnya merupakan kebaikan karena mengandung makna tolong-menolong antarsesama. Asuransi juga merupakan cara untuk mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan hidup, baik masa kini maupun masa datang.
Berkat niat baik menolong orang, ditambah dengan keyakinan, kejujuran, ketekunan, kerja keras, pantang menyerah, dan bertanggung jawab, karier Lisa sebagai agen asuransi melesat bak meteor. Dengan karakternya tersebut, Lisa menjadi agen yang dipercaya oleh para kliennya.
Bermula sebagai nasabah Asuransi Jiwa Prudential Indonesia pada tahun 2002, pada tahun berikutnya, Lisa mencoba menjadi pru flyer atau orang yang mereferensikan orang lain sebagai calon nasabah.
Tahun 2004, Lisa lompat menjadi agen dan mulailah berbagai gelar terbaik direngkuhnya. Pada tahun pertamanya sebagai agen, ia langsung dinobatkan menjadi Top Rookie Agent. Selama kurun 2004-2006, ibu dua anak ini terpilih menjadi President Club dan selalu mengikuti Million Dollar Round Table, yang merupakan salah satu kegiatan agen asuransi paling bergengsi di AS.
"Kuncinya adalah kepercayaan. Jika orang telah percaya, segalanya akan lebih mudah," katanya.
Menurut dia, jika telah dipercaya, nasabah secara tidak langsung akan menginformasikan asuransi yang dia beli kepada orang lain. Memang, tiada pola pemasaran yang paling efektif kecuali informasi dari mulut ke mulut oleh nasabah sendiri. Jika kepercayaan telah diperoleh, boleh jadi bukan lagi agen yang mengejar calon nasabah, tetapi calon nasabah yang akan datang.
Namun, kata Lisa, jelas tidak mudah untuk menjaga kepercayaan, apalagi dalam waktu yang lama. Ujian terberat dalam mempertahankan kepercayaan adalah pada saat klaim terjadi.
Dikatakan, agen harus bertindak cepat saat terjadi klaim. Misalnya membantu nasabah mengurus rumah sakit. "Nasabah yang keluarganya sakit sudah cukup terbebani oleh kondisi yang dideritanya. Jangan lagi dia dibebani untuk mengurus administrasi rumah sakit. Agenlah yang seharusnya berperan dalam hal ini," kata Lisa. Nasabah akan benar-benar merasakan manfaat agen dalam situasi seperti ini.
Lain pula kisah Mukti Octaviandi yang sudah empat tahun menjadi agen asuransi di Manulife. Sebelumnya, delapan tahun ia menjadi staf bagian penjualan pada sebuah perusahaan tekstil.
"Saya pindah haluan karena kenaikan gaji di pabrik tidak signifikan, sedangkan penghasilan dari asuransi jauh lebih besar," katanya. Hal senada diungkapkan Primanti Daniarsih yang sudah empat tahun menjadi agen.
"Akhir tahun 2007, saya menargetkan pergi ke Beijing untuk melihat persiapan Olimpiade. Manulife adalah salah satu sponsor Olimpiade dan mengumpulkan agen asuransi dari seluruh dunia untuk ke Beijing. Dari Indonesia paling hanya mengundang 50 orang saja," tutur Mukti yang sudah berjalan-jalan ke Bangkok, Singapura, dan Malaysia atas prestasinya sebagai agen dengan perolehan poin terbanyak. (DIS/FAJ/JOE)
Saturday, September 20, 2008
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment