Saturday, September 20, 2008

Pour Your Heart Into It, Starbucks

Pour Your Heart Into It

Secangkir kopi lima belas ribu rupiah? GILA! Siapa yang mau? Ya. Siapa yang mau berinvestasi dalam bisnis semacam itu, maksudnya. '"Ya ampun, apakah anda kira ini akan berhasil? Orang-orang Amerika tidak akan pernah mengeluarkan satu setengah dolar untuk kopi." (hlm. 82)' dan `"Anda gila! Ini benar-benar gila! Anda pergi saja mencari pekerjaan."(hlm.83)' adalah jawaban-jawaban yang diterima Howard Schultz ketika ia menjual ide demi mengumpulkan uang sebagai modal awal. Schultz berbicara dengan 242 orang, dan 217 dari mereka mengatakan "tidak".
Judul Buku : Pour Your Heart Into It – Bagaimana STARBUCKS Membangun Sebuah Perusahaan Secangkir Demi Secangkir

Pengarang : Howard Schultz dan Dori Jones Yang

Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
ISBN :

Jumlah Halaman : 445 hlm.; 23cm.

Harga :

Penulis resensi : Usen Edonoto





Sebuah cerita klasik Amerika tentang impian wiraswasta: mulai dengan sebuah ide besar, menarik beberapa investor, dan membangun sebuah bisnis yang menguntungkan dan tahan lama. Masalahnya, menurut Schultz, anda biasanya mulai sebagai orang yang dipandang rendah dan dengan penuh kecurigaan. (Bahkan sebuah produsen mesin espresso di Milan juga menolak berinvestasi untuk Schultz, tidak percaya bahwa orang Amerika akan menyukai espresso seperti orang Italia.) Namun kini cerita itu tinggal sejarah. Perusahaan kopi Starbucks telah menjadi suatu fenomena sukses bisnis yang paling menakjubkan dalam dekade ini.

Berawal dari empat store kecil di Seattle, Starbucks kini telah tumbuh dan berkembang menjadi sebuah perusahaan dengan lebih dari 1600 store di dunia dan sampai hari ini masih terus membuka yang baru.

Sungguh tidak terduga dan mengherankan. Bagaimana suatu ide wiraswasta yang ditolak banyak orang bisa menjadi sebuah keberhasilan? `Jawabannya tidak mudah, namun banyak yang harus dilakukan dengan insting. Ide-ide terbaik adalah ide yang menciptakan jalan pikiran baru atau merasakan suatu kebutuhan sebelum orang lain melakukannya, ...(hlm.88)'. Schultz memberi tahu para calon investor bahwa apa yang ditawarkannya adalah menemukan kembali sebuah komoditas: mengangkat sesuatu yang sudah tua, renta, dan biasa (kopi) serta merangkai perasaan romantis dan komunitas sekitarnya.

Apakah hanya itu? Mari kita juga mencoba menemukan kembali jawaban yang lebih tuntas dalam buku `Pour Your Heart Into It.'

Buku `Pour Your Heart Into It' terbagi dalam tiga bagian:

Bagian Satu yang berjudul Menemukan Kembali Kopi; Tahun-Tahun sampai 1987 berisi kisah kehidupan Schultz (semi-otobiografi): masa kecilnya yang miskin, gagal sebagai pemain bola di saat kuliah, sukses selepas kuliah sebagai salesman Xerox lalu general manager Hammarplast, hingga ia menemukan Starbucks dan menjadi salah satu karyawan di masa-masa awal Starbucks.

Bagian Dua yang berjudul Menciptakan Kembali Pengalaman Kopi; Tahun-Tahun Pribadi 1987-1992 berisi pengalaman Schultz memimpin Starbucks moderen, setelah berhasil memperoleh banyak investor, dan sekaligus mengubah Starbucks menjadi kafe pengecer minuman kopi seperti yang dikenal sekarang.

Bagian Ketiga, Memperbarui Semangat Wiraswasta; Tahun-tahun Publik 1992-1997, merupakan cerita babak baru manajemen Starbucks setelah memutuskan untuk mendaftarkan saham pertamanya di pasar modal, atau Initial Public Offering.


Mencapai Garis Finis Bersama

Keberhasilan Starbucks jelas disebabkan oleh kombinasi rumit dari banyak faktor. Seperti yang dikatakan Schultz: `Apa yang memungkinkan Starbucks...merupakan kombinasi dari disiplin dan inovasi, proses dan kreativitas, kehati-hatian dan keberanian yang hanya segelintir perusahaan menguasainya.(hlm.298)' Namun sepanjang buku ini yang paling ditonjolkan adalah ide tentang `mencapai garis finis bersama-sama.' Schultz selalu berusaha mencapai garis finis bersama empat pihak (pendahulu, investor, karyawan/partner, dan manajemen), sebagaimana tersirat dalam lembar demi lembar halaman buku ini.

No comments: