Saturday, September 20, 2008

Gaya Stanislav Membangun Bisnis di Indonesia

Gaya Stanislav Membangun Bisnis di Indonesia
Senin, 28 Juli 2008
Oleh : Herning Banirestu dan Henni T. Soelaeman

Di usianya yang masih terbilang muda, Stanislav memiliki jaringan bisnis di berbagai negara, termasuk Indonesia. Apa saja bisnis yang diterjuni anak diplomat itu di sini? Apa pula strateginya?

Opus Supremus, lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang memiliki jaringan di 42 negara, siap mengajukan koruptor-koruptor yang lolos dari jerat hukum Indonesia ke Mahkamah Internasional. LSM yang berkantor di Jakarta itu telah mencatat sejumlah nama koruptor dan sedang menyiapkan dokumen untuk mendukung pengajuan kasusnya ke Mahkamah Internasional di Den Haag, Belanda.

gKami tengah mengumpulkan data yang berkaitan dengan kasus-kasus korupsi di Indonesia. Kami tidak ingin setengah-setengah, makanya harus disiapkan betul-betul, sebelum kami ajukan ke Mahkamah Internasional. Sebab, tanpa didukung bukti yang lengkap dan akurat, sia-sia saja,” kata Ketua Opus Supremus Stanislav Ivanov Velinov.

Demikian sepenggal pemberitaan Opus Supremus yang dimuat sebuah harian nasional di tahun 2002. Opus Supremus memang sebuah yayasan yang mendedikasikan diri dalam pemberantasan korupsi, money laundering, dan terorisme. Lalu apa kaitan Opus Supremus dengan Opus Indonesia yang menerjuni berbagai ranah bisnis di sini?

“Di Indonesia, Opus masuk melalui yayasan dulu. Dengan tujuan membantu masyarakat Indonesia membenahi banyak penyelewengan yang tidak baik,” ungkap Stanislav. Ia mengaku pihaknya memang prihatin dengan kondisi yang terjadi di Indonesia. Karena itu, ia dengan sukarela memberi masukan kepada pemerintah. “Kami sempat dimusuhi selama tiga-empat tahun, bahkan muncul isu negatif, nama kami dinodai oleh kelompok-kelompok tertentu,” tuturnya mengenang. Namun, dengan hasil yang yang diperoleh sekarang, ia mengaku puas, mengingat uang untuk sosialisasi program tersebut dirogohnya dari kantong sendiri. “Sekarang sudah ada KPK, saya bahagia. Kini waktunya saya masuk ke bisnis,” tutur anak mantan Dubes Filipina ini.

Dijelaskan Stanley – demikian ia akrab disapa – tak seperti kebanyakan entitas bisnis, pihaknya justru masuk melalui pintu yayasan sebelum mengibarkan bendera perusahaan. “Kami masuk ke Indonesia melalui CSR dulu, kebalikan dengan perusahaan lain yang masuk bisnisnya dulu baru CSR-nya dijalankan,” kata penggemar travelling ke tempat-tempat baru ini bangga.

Mengawali langkah lewat yayasan yang didirikannya pada 9 September 2001, Stanley kemudian membangun perusahaan pengelola keuangan di bawah Opus Supremus Group yang berbasis di Eropa. Permodalannya sendiri berasal dari penggalangan dana yang sebagian besar dari investor Eropa Timur. Diakui Stanley, di Indonesia, dana tersebut kemudian digunakan untuk membiayai bisnis telekomunikasi, minyak dan gas, serta bisnis penerbangan. “Saya tidak mau setengah-setengah dalam mengembangkan bisnis di sini,” Stanley berujar.

Ada empat pilar bisnis yang digarap Opus: migas, telekomunikasi, keuangan, dan penerbangan. Stanley menjelaskan, melalui Opus Finance, pihaknya mengumpulkan dana dari para investor luar negeri. “Bukan investor dalam negeri, kebanyakan investor dari Timur Tengah,” katanya seraya menambahkan bahwa Opus Finance adalah private equity. “Tapi kami lebih banyak trust fund.”

Stanley menuturkan, setiap negara yang dimasuki membatasi jumlah investor yang dikelola hanya sekitar 20 investor. “Saya tidak bisa buka siapa saja investornya, bicara teoretis, nilai minimum investasi US$ 1 juta,” lajang yang doyan kerja ini menjelaskan. Menurutnya, nilai investasi lebih variatif, termasuk keputusan investasinya. Sebab, investor sangat menyerahkan investasi pada keputusan dan kewenangan Opus. “Yield-nya sampai 13%, jadi cukup tinggi.”

Untuk bisnis migas, masih dalam proses akuisisi lahan-lahan tambang, tapi sudah ada wilayah yang dinegosiasi. “Isu adat dan aturan setempat yang membuat kami belum selesai akuisisinya,” kata Stanley. Yang pasti, untuk tahap awal pengembangan bisnis migas ini pihaknya telah mengalokasikan investasi sebesar US$ 10-12 juta. Menurutnya, kebanyakan lahan yang akan diakuisisi berlokasi di Pulau Sumatera.

Sementara untuk bisnis telekomunikasi, pihaknya sudah dalam tahap peluncuran. Targetnya, sebelum Agustus tahun ini bisa diluncurkan GSM di bawah Opus Telco. “Namanya kami belum tentukan. Kami mengambil niche market yang belum digarap pemain yang sudah ada. Tapi kami belum mau sebutkan niche mana yang akan digarap itu. Yang jelas, kami optimistis di bisnis telko ini,” Stanley mengaskan. Ia lalu menyebut investasi yang disiapkan di tahap pertama US$ 10-12 juta.

Adapun Opus Airlines yang menyasar segmen premium, dikatakan Indar Atmoko – yang didaulat sebagai komandannya – menargetkan terbang 6 bulan ke depan atau akhir tahun ini. “Di tengah orang euforia dengan low cost carrier, kami masuk di premium yang belum tergarap maksimal, bahkan oleh Garuda Indonesia sekalipun,” ujar Indar. Ia menilai memang ada beberapa pemain yang masuk di segmen premium. Toh, masih ada celah yang belum tergarap dengan baik, semisal bagaimana layanan penumpang pre and post flight. “Contohnya Limo service, pre-check-in service, layanan bagasi, dan sebagainya,” katanya.

Ia menjelaskan, Opus Air sudah siap dengan 6 pesawat Airbus 320 secara inisial, dengan low density configuration. “Pertumbuhannya sangat konservatif, sampai dua tahun pertama hanya 10 pesawat,” kata Indar. Rencananya rute yang dilayani tidak banyak, tetapi fokus untuk rute kota besar dan kota bisnis. “Kami melakukan code sharing dengan jaringan internasional, yaitu Asiana yang di dalamnya ada Korea Airlines dan Etihad,” ujarnya. Yang dilakukan airlines-nya adalah membawa layanan carter pesawat ke reguler. “Harganya lebih rendah dibanding pesawat carter,” tutur Indar. Di bisnis ini dana yang disiapkan berkisar US$ 10-20 juta

Bisnis yang dimasuki Opus Group di Indonesia adalah bisnis dengan nilai investasi tinggi. Stanley menggarisbawahi bahwa bisnisnya sangat didukung dana yang besar. “Kalau orang lain buat bisnis dulu, lalu cari fund-nya, kami banyak fund-nya baru dicari bisnis yang bagus,” kata Stanley. Apa rencana ke depan? “Kami ingin Opus Group listing di pasar modal, kami akan listing di Hong Kong karena mother company-nya di sana untuk Asia.”

Kelahiran Moskow April 1974 ini memiliki latar belakang karier di dunia perbankan. Bahkan, Stanley menyebutkan, sudah empat generasi keluarganya berkiprah di bidang perbankan. “Hanya ayah saya yang memutuskan menjadi diplomat,” ujarnya. Sang ayah, Ivan Velinov, pernah bertugas cukup lama di Indonesia. Stanley sendiri mulai bekerja di bank pada usia 17 tahun. “Saya meneruskan kuliah sambil bekerja,” ujar Stanley yang menyelesaikan SMA-nya dua tahun lebih cepat dari waktu umumnya.

Menurutnya, sebenarnya ketika itu ada hukum ketenagakerjaan yang cukup ketat di Eropa yang melarang orang seusianya bekerja. Namun ia mendapat sponsor dari First East International Bank (FEIB) di Bulgaria, tempat ia bekerja. Sempat keluar dari FEIB untuk mengikuti wajib militer selama dua tahun. Setelah itu ia kembali bekerja di FEIB. Tak heran, Stanley masuk jajaran Bankers Almanac Executive di usia 21 tahun sebagai bankir paling muda. Ia mengaku bekerja dan belajar sangat keras. Bahkan di hari libur pun ia bekerja. “Saya tidur rata-rata hanya satu setengah jam tiap hari waktu itu,” ceritanya sambil tersenyum.

Pada usia 22-23 tahun Stanley dipercaya menjadi Direktur Koresponden di First Russian Bank, bagian dari FEIB. Saat itu pula ia mulai bersentuhan dengan bisnis di Indonesia. Dengan seizin atasannya, ia sempat mendirikan perusahaan sendiri. Lewat Finexbul, ia mulai terjun menjadi pengusaha yang bergerak sebagai pemasok batu bara ke berbagai negara Eropa Timur. Salah satu pemasok terbesar yang memasoknya adalah PT Bukit Asam (BA). Ketika itu pihaknya sempat membeli batu bara ke BA dan menyuplai cukup besar ke sebuah negara di Eropa Timur sampai 40 ribu metrik ton dengan harga sekitar US$ 45 per ton.

Dari mana modalnya? Kebetulan bank tempat ia bekerja mendukung dengan memberi pinjaman. “Semua ini tidak mungkin terjadi kalau saya tidak ada dorongan dari bank saya,” ucapnya. Menurut Stanley, hubungan dengan BA bisa terjalin karena ia memiliki jaringan cukup baik di Indonesia. “Saya punya keterikatan dengan Indonesia, karena ayah saya cukup lama di sini sebagai diplomat. Ada jaringan yang saya kenal di sini,” tuturnya.

Meski disibukkan dengan Finexbul, kariernya sebagai bankir justru makin mencorong. Stanley kemudian merentas karier di Ellite Bank, bagian dari Chase Group. Namun tahun 1997 di Eropa Timur ada aturan yang melarang dua saudara berada di posisi eksekutif bank, meski di dua bank berbeda. “Kebetulan kakak saya juga bekerja di bank,” kata bungsu dari dua bersaudara ini.

Akhirnya Stanley mengalah, ia keluar, lalu mengembangkan perusahaan keuangan Fin Express. Fokus utama perusahaan ini adalah privatisasi, merger dan akuisisi. “Ketika itu Rusia sedang giat privatisasi,” katanya. Ketika itu pula, setiap warga negara yang berusia di atas 18 tahun berhak mendapat vocer senilai US$ 500. Vocer itu untuk ditukarkan dengan saham perusahaan negara. Dengan vocer itu tentu saja saham yang didapat hanya nol koma sekian.

Lewat Fin Express, Stanley membantu orang-orang yang memiliki vocer tersebut untuk dikumpulkan, sehingga share saham yang diperoleh jadi besar dan nilainya juga lain. Proses tersebut dilakukannya selama tiga-empat tahun. Jiwa muda Stanley kemudian menggelitiknya untuk terbang ke Asia. Lalu ia jual Fin Express. Tahun 1999, Hong Kong menjadi kota tujuan bisnisnya. Di Hong Kong, ia diminta untuk memperbaiki perusahaan properti, Tat On Investment Ltd. – yang nyaris bangkrut karena kondisi bisnis properti kala itu kolaps dihajar krisis moneter yang melanda Asia. “Saya minta diberi saham jika berhasil memperbaiki kinerja perusahaan itu,” kata Stanley yang menjabat sebagai Direktur Eksekutif.

Menurutnya, ia menjalankannya dengan nothing to lose. Yang dilakukannya, ia memindahkan fokus bisnis Tat On dari properti ke bisnis keuangan. “Saya tidak mengerti properti, untuk mengharapkan pemulihan dalam waktu cepat tidak mungkin,” Stanley memberi alasan. Ia juga merestrukturisasi utang. “Empat bulan kemudian perusahaan berhasil ambil napas. Dan 9 bulan kemudian kondisinya membaik,” tambahnya.

Fokusnya ketika itu, lanjut Stanley, adalah merger, akuisisi, dan restrukturisasi utang. Saat itu Tat On juga berminat masuk ke Indonesia untuk melakukan merger dan akuisisi. “Tapi, saya merasa kesulitan dengan prosedur di BPPN,” katanya. Akhirnya ia memutuskan untuk mengambil alih sendiri utang perusahaan-perusahaan yang dalam masalah keuangan. “Kebanyakan perusahaan itu sudah tutup, sekitar 20 perusahaan,” ujarnya tanpa mau menyebut nama-nama perusahaan yang berhasil diambil alih. Namun ditegaskannya, perusahaan-perusahaan itu bukan grup besar. Tak lama berselang, Stanley keluar dari Tat On, menjual saham yang ia miliki kepada rekanannya. Ia pun pindah ke Indonesia.

Diceritakan Stanley, sebenarnya Opus Group sudah lama berdiri. Perusahaan itu didirikan oleh kakek buyutnya di Bulgaria. Namun Perang Dunia menyebabkan banyak perusahaan diambil alih Nazi. Akhirnya, seluruh aset Opus dipindahkan ke Swiss, agar suatu hari nanti bisa dihidupkan lagi. “Tapi kami bukan Yahudi,” ujarnya. Makanya keluarganya memaksa Stanley dan kakaknya belajar perbankan dan keuangan secepat mungkin supaya mereka bisa mengambil kembali Opus.

Dalam tiga-empat tahun urusan pengambilalihan kembali aset Opus berhasil dilakukan keluarga Stanley. “Saya berterima kasih pada Pemerintah Swiss, karena kami bisa mendapatkan hak kami,” ucap pria yang fasih berbahasa Indonesia ini. Opus Group kemudian dikembangkan lagi. Menjadi perusahaan finansial terutama mengelola nasabah di Eropa Timur. Selanjutnya, perusahaan dipindahkan dari Swiss ke negara tetangganya, Leichtensten. “Karena banyak fleksibilitas,” kata Stanley memberi alasan.

Mohammad Safie Wahab, Komisaris Germanischer Llyod, mengaku mengenal sosok Stanislav sejak empat-lima tahun lalu. “Secara bisnis, saya tidak paham secara detail bagaimana Opus Supremus. Tapi saya kenal secara pribadi Stanislav. Dia itu pekerja keras dan sangat fokus pada bisnisnya. Saya lihat dia terlalu banyak bekerja. Stanislav orangnya baik dan bisa dipercaya. Juga, apa yang dikerjakan sesuai dengan aturan yang ada,” ungkap Safie.

Di mata ahli perkapalan ini, Stanislav paling menyukai tantangan. “Apalagi dia masuk ke bisnis-bisnis Indonesia yang sedang maju. Saya melihat Opus akan maju, kalau dilihat dari cara Stanislav bekerja dan pilihan bisnisnya yang tepat,” kata Safie, yang mengaku tidak ikut investasi di Opus, karena Opus lebih banyak menarik investor kelas tinggi dan banyak dari luar negeri. Yang pasti, menurutnya, minat Stanislav membangun bisnis di sini sangat dia dukung. “Namun tenaga kerja dan ekspertisnya harus dari Indonesia,” tambahnya mengingatkan.

Safie menilai Stanislav berhasil membangun bisnis di sini, karena ayahnya diplomat dan pernah tinggal di Indonesia sehingga paham kultur Indonesia. “Itu meminimalisasi bentrokan jika membangun bisnis di daerah. Dengan paham kultur di sini, ia juga terhindar dari bentrokan dengan karyawannya. Makanya, orang-orang yang bekerja dengannya pada umumnya puas karena ia pintar memotivasi karyawan. Dia mengajarkan bagaimana cara bekerja dengan baik, bukan dengan janji-janji, tapi dengan menepati waktu,” papar Safie.


URL : http://202.59.162.82/swamajalah/artikellain/details.php?cid=1&id=7811

1 comment:

SEFT Spiritual Emotional Freedom Technique said...

Salam SEFTer,
Perkenalkan Saya Endy, Lengkapnya Endy Fatah Joesoef. Ingin melengkapi Informasi mengenai SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique) maka kami berikan penjelasan sebagai berikut : Pertama menganai mengapa teknik ini dikembangkan oleh Ahmad Faiz Zainuddin di Indonesia sejak tahun 2005 ? Salah satu alasan mendasarnya adalah adanya sebuah keinginan yang mendasar untuk menemukan suatu teknologi di bidang Psikologi yang dapat menjadi solusi untuk banyak orang. Akhinya di kembangkanlah teknik ini menjadi SEFT - Spiritual Emotional Freedom Technique. Tidak hanya itu, untuk memastikannya (Insyaalloh) dibuatlah lembaga PT. LoGOS Institute dengan pendekatan ‘Social Entrepreneur’ - Selengkapnya bisa kunjungi website-nya di http://WWW.LoGOS-Institute.com/ selanjutnya SEFT efektif karena didalamnya secara eklektik mengandung 14 macam teknik psychoterapi tingkat lanjut. Keempat belas macam teknik tersebut adalah : 1. NLP (Neuro Linguistic programming) - yakni ketika kita melakukan setup, tun in dan tapping. 2. Behavioral therapy - Desensitization. 3. Psychoanalisa - Finding the historical roots of the symptom, to be aware of the unawareness, chatarsis. 4. Logotheraphy 5. EMDR 6. Sedona Method 7. ericksonian Hypnosis 8. Sugesty & Affirmation 9. visualization, 10. Provocative therapy 11. Trancendental Relaxation & Meditation 12. Gestalt therapy 13. Energy therapy 14. Powerful prayer (faith, concentration, acceptance, surrender, grateful). yang keempat belas teknik ini bertemu secara sinergis di sebuah teknik pemberdayaan diri yang di beri nama SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique)- info ini selengkapnya dapat di baca di http://logosseft.blogspot.com/ Paradigma pendekatan SEFT mengacu pada pendahulunya di Energy Psychology bahwa penyebab segala macam emosi negatif adalah terganggunya sistem energy tubuh (
Gary Craig, 1984). Disisi lai dipahami bahwa sel-sel tubuh kita digerakkan oleh energi. Sel ini dapat di pelajari dengan pendekatan ‘materi’ atau ‘energi’. Dalam tradisi pengobatan klasik/kuno, proses penyembuhan dilakkan dengan pendekatan energi (Albert Szent Gyorgy - Penerima Nobel Bidang Kedokteran). So, ditangan Ahmad Faiz Zainuddi (1995) teknik ini tidak hanya digunakan untuk healing (penyembuhan) namun berkembang pada spektrum 3 domain kehidupan yang lain yakni : Succes (bagaimana kita meraih apa yang kita inginkan), happiness (bagaimana kita benar-benar menginginkan mengenai apa yang sudah kita raih),dan everyday greatness (bagaimana kita menjadi pribadi yang mulia dimanapun kita berada setiap hari). So SEFT dalam formula 2 hari training akan membekali peserta di 4 domain tersebut yakni : healing + success + happiness + greatness. Pertanyaannya adalah setelah menguasai teknik ini apa benefitnya ? Tentu kegiatan atau aktivitas setelah selesai dari training ini yang akan menentukan sejauh mana SEFT dapat bermanfaat untuk diri sendiri dan orang lain. Sebab kami meyakini bahwa ‘knowing is nothing …’ tahu saja tidak cuku atau tak ada gunanya … maka di akhirpelatihan SEFT Total Solution Training diberikan materi secara inspirational mengenai : The Porpose of life human kind … tentu ini bahasan spiritualitas yang universal sifatnya. Nah, semoga dengan sedikit penjelasan ini menjadi lebih menarik bahasan SEFT ini … Insyaalloh, kita berharap, SEFT memberikan manfaat dan kebanggaan Bangsa kita tapi bisa menjadi salah satu nikmat alloh SWT yang di nikmati banyak orang di seluruh dunia. Bagi yang berminat mengikuti trainingnya akan di gelar terakhir di tahun 2008 di dua tempat. Pertama, Surabaya, Sabtu - Minggu, 22-23 Nopember 2008 di Hotel Mojopahit (Registrasi : Nurul. Jl. Barata Jaya XXIX no. 25 t. 031-5010055) dan JAKARTA, Sabtu-Minggu, 20-21 Desember 2008 (Registrasi : Vina : 021-86605151 ext 0. Jl. Jatiwaringin 24 kavling K Jakarta Timur). Preview dan coba SEFT Gratis kami selenggarakan setiap Minggu di dua tempat tersebut diatas (waktu dan jadual silahkan kunjungi http://www.LoGOS.co.id). Semoga Informasi ini bermanfaat.

Salam LoGOS,

SEFTer Endy,
0818991915

Nb. Teknik ini dikembangkan juga implementasinya untuk memperlancar bisnis property Anda dari sisi EMOSI. Cobalah segera … Insyaalloh ada akselerasi dalam bisnis Anda.